Kajian Tentang Pemeliharaan Kelinci Hias
Kajian Tentang Pemeliharaan Kelinci Hias
Topik 1
Judul: Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kelinci Hias Berbasis Web
Penulis: Chrisna Hidayat, Kartika Imam Santoso, Sri
Waluyo, Prihati
Teori:
Menggunakan
kecerdasan buatan untuk mempelajari bagaimana membuat computer bekerja seperti
dan sebaik yang dilakukan oleh manusia, atau bahkan bisa lebih baik dari
manusia itu sendiri. Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae, yang
dapat ditemukan di banyak bagian bumi. Dulunya, hewan ini adalah hewan liar
yang hidup di Afrika hingga ke daratan Eropa. Pada perkembangannya, tahun 1912,
kelinci diklasifikasikan dalam ordo Lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua
famili, yakni Ochtonidae dan Leporidae.
Metode:
Metode yang
digunakan penulis adalah Expert System Development Life Cycle(ESDLC). Teknik
pengumpulan data yang digunakan antara lain, yakni wawancara, observasi, dokumentasi,
kuisioner, dan tinjauan pustaka. Serta tahapan-tahapan dalam metode ESDLC,
yaitu penilaian, akuisisi pengetahuan, perancangan, testing, dokumnetasi,
pemeliharaan.
Hasil
penelitian:
Selain memperhatikan pakan untuk kelinci, kita juga harus mengetahui tentang
penyakit-penyakit yang bisa timbul pada kelinci. Beberapa penyakit ringan yang
dapat timbu pada kelinci, yakni diare (Enteritis Kompleks), pilek (Coryza), dan
kembung (Meteorismus). Beberapa penyakit lainnya yaitu berak darah
(Coccidiosis), kudis (Scabies), radang telinga(Otitis Eksterna), radang mata
(Uveitis), radang susu (Young Doe Syndrome/Mastitis, radang paru-paru
(Pneumonia), dan sembelit (Konstipasi). Terdapat beberapa gejala pada kelinci
ketika terjangkit salah satu penyakit tersebut, contohnya ialah pilek. Penyakit
tersebut termasuk ringan bahkan hampir tidak terlihat gejalanya jika tidak
diperhatikan lebih dalam. Beberapa gejalanya adalah kaki depan yang mulai
menggaruk-garuk hidung, mata berair, hidung mengeluarkan lendir, dan
bersin-bersin. Solusi yang tepat untuk mengatasi penyakit tersebut, yakni
memisahkan kelinci yang sakit dari kelinci lain, menghindari pemberian pakan
padat dan utamakan sayuran layu, serta memberikan antibiotik. Tentu kita harus
tetap pergi ke klinik hewan untuk mendapat diagnosa yang lebih akurat dari
seorang profesional.
Topik 2
Judul: Pengaruh Penggunaan Rumput Laut dalam Pellet Pakan
Kelinci terhadap Tingkat Kekerasan, Durabilitas dan
Organoleptik Pellet
Penulis: A.R.Majiid, S.Mukodiningsih, dan S.Sumarsih
Teori:
Pakan
merupakan hal penting dalam tumbuh kembang kelinci, sebagai bisnis maupun sebagai
hewan peliharaan. Kualitas pakan yang baik dapat menghasilkan kelinci yang baik
pula. Kualitas kelinci dapat ditingkatkan melalui pengolahan pakan dalam bentuk
pellet. Pellet sendiri merupakan modifikasi pakan dari bentuk mash yang dihasilkan
dari pengepresan mesin pellet menjadi lebih keras. Kelinci pada masa
pertumbuhan membutuhkan serat kasar sebesar 10-12%, Digestible Energy (DE) 2500
kkal/kg, protein kasar 16%, dan lemak kasar 2%. Kelinci merupakan jenis ternak
herbivora yang mempunyai kemampuan untuk mencerna serat kasar secara terbatas.
Rumput laut jenis
Sargassum sp merupakan salah satu sumber daya alam yang tersedia melimpah di
perairan Indonesia, hal ini dikarenakan rumput laut Sargassum sp belum banyak
dimanfaatkan oleh manusia dan berpeluang untuk dijadikan pakan serta masih tumbuh
secara liar. Sargassum sp memiliki zat berwarna coklat yang akan berdampak pada
warna pellet serta habitat dari rumput laut itu sendiri. Jika pemberian
saragassum sp semakin besar, maka akan berdampak pada pada warna dan aroma
pellet.
Metode:
Untuk
menulis penelitian ini, penulis menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL),
dengan tiga pelakua dan enam ulangan. Penelitian yang dilaksanakan dengan tiga
tahap, yakni persiapan, pembuatan pellet, dan pengambilan data. Ada juga tahap persiapan
penelitian meliputi pencarian rumput laut di pantai Bandengan Jepara,
pengeringan rumput laut serta penggilingan, persiapan peralatan, pembelian
bahan pakan, dan analisis proksimat.
Hasil penelitian:
Bahwa adanya
penambahan level rumput laut dalam pakan kelinci berpengaruh nyata, menurunkan Tingkat
kekerasan pellet pakan kelinci. Penurunan tingkat kekerasan pada pellet terjadi
karena kandungan zat nutrisi serat yang terkandung dalam pellet semakin tinggi baik
dari serat rumput laut, kulit kopi, maupun bahan pakan yang memiliki sumber
serat tinggi, sehingga kekerasan pellet dapat berkurang. Campuran bahan pakan
yang halus dapat meningkatkan kekerasan pellet karena ikatan antar partikel
yang dipengaruhi oleh proses penekanan bahan pada saat pembuatan pellet akan
semakin kuat, sehingga diperoleh pellet dengan kekerasan yang tinggi.
Topik 3
Judul:
Potensi Dan Peluang
Pengembangan Ternak Kelinci Di Wilayah Perkotaan DKI Jakarta
Penulis: Syamsu
Bahar, Bachtar Bakrie, Umming Sente, Dini Andayani, dan B.V. Lotulung
Teori:
Hampir
setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci. Dikarenakan kelinci mempunyai
daya adaptasi tubuh yang relative tinggi, sehingga kelinci mampu hidup hampir
di seluruh penjuru dunia. Kelinci merupakan kelinci
yang cocok dijadikan hewan peliharaan di dalam rumah. Saat ini semakin banyak
orang yang ingin memiliki kelici sebagai hewan peliharaan, akan tetapi tidak
sedikit pula orang-orang yang tidak tahu cara memelihara kelinci hias yang
benar. Kelinci juga dikelompokkan dalam beberapa jenis, seperti penghasil
bulu, kulit, daging, penghasil daging serta kulit, dan kelinci hias. Salah satu
jenis yang populer yakni angora sebagai penghasil bulu dan kelinci hias dutch
serta netherland dwarf untuk dipelihara. Jenis kelinci yang umum diternakan
adalah American Chinchilla, Angora, Belgian Californian, Dutch, dan Rex
Amerika.
Kelinci
secara umum memiliki potensi biologis yang tinggi dan alam untuk menghasilkan
daging dan kulit-bulu, terutama jenis Rex dan Satin. Kelinci mampu tumbuh dan berkembang
biak dari pakan hijauan, limbah pertanian, dan limbah pangan, serta dapat
dipelihara pada skala rumah tangga yang kecil. Selain dapat menghasilkan daging
dan kulit-bulu, ternak kelinci juga dapat menghasilkan kotoran padat dan cair
dalam jumlah yang cukup banyak. Kotoran-kotoran tersebut dapat diolah menjadi pupuk
alami untuk tanaman sekitar.
Metode:
Penulis
menggunakan metode penelusuran langsung ke tempat kejadian dikarenakan saat itu
di DKI Jakarta belum ada data baku dan belum tercantum secara tetulis dalam statistic
populasi ternak kelinci. Selanjutnya dilakukan wawancara pada dua peternak yang
terpilih saat penelusuran.
Hasil penelitian:
Dari
penelusuran tersebut mengeluarkan hasil seperti peternak memelihara kelinci
sebagai hewan hias dengan strain yang bermacam-macam yaitu Rex bulu karpet, Rex
satin, English Angora, Black oter, Fuzzy lop, Holland lop, Lion dan persilangan.
Adapun peternak yang memelihara kelinci yang sebagai hewan potong (daging)
yaitu New Zealand White. Peternak memperoleh indukan awal berasal dari daerah
Cipanas dan Sukabumi, Jawa Barat. Peternak melakukan perkandangan sistem
kandang baterai/kandang individu dengan bahan terbuat dari kawat dan bambu.
Satu bangunan kandang berisi 20-30 induk termasuk pejantannya. Pada umur 2
bulan, anak sudah lepas sapih, maka induk dikawinkan lagi.
pas sapih
pada umur 1,5-2 bulan. Pada peternak intensif dilakukan pemberian pakan dengan
perbandingan pakan komersil 45% : 45% dan sisanya 10 % pakan hijauan berupa
sayuran. Menurut petani bahwa pakan sangat penting untuk tujuan produksi daging
(pertambahan bobot hidup), sedangkan untuk tujuan produksi bulu, pakan bukan
yang utama tetapi lokasi atau suhu udara, makin dingin makin halus bulunya. Pakan
yang diberikan berupa hijauan yang diarit di sekitar kebun yaitu jenis
oyot-oyotan. Pakan pellet hanya sekali-sekali saja diberikan disebabkan
harganya yang terhitung mahal. Air minum tersedia sepanjang hari, diselingi
dengan pemberian kulit buah-buahan yang banyak airnya seperti kulit melon dan
kulit pepaya.
Kesimpulan:
Kesimpulan dari ketiga jurnal tersebut adalah, memelihara atau beternak kelinci tidak semudah yang dilihat, jika ingin memelihara kelinci, kita harus menyiapkan tempat tinggal yang nyaman untuk kelinci tersebut, serta rajin membersihkan kandangnya supaya tidak menimbulkan bau yang kurang enak. Selain memperhatikan tempat tinggal dan kebersihan, kita juga harus memperhatikan makanan dan nutrisi kelinci. Pada umumnya, orang-orang yang menjual kelinci sembarangan menganjurkan kita untuk memberi makan keilnci dengan wortel atau kangkung saja. Yang padahal sayuran-sayuran seharusnya hanya menjadi makanan tambahan atau makanan ringan untuk kelinci. Kelinci sendiri memiliki pakan utama, yaitu Jerami hijau atau biasa disebut dengan hay. Tentu kelinci tetap boleh mengonsumsi sayuran, tapi hanya dijadikan sebagai nutrisi tambahan. Kelinci juga boleh mengonsumsi pelet sebagai camilan di pagi dan malam hari dengan takaran yang sesuai dengan berat badan kelinci. Selain itu, kelinci juga memiliki pakan yang tidak bisa dikonsumsi, yakni jagung, kacang-kacangan, biji-bijian, kentang, dan makanan olahan untuk manusia. Juga potensi peluang untuk beternak kelinci sangat besar jika kita dapat mengurusnya dengan baik.
Comments
Post a Comment