Kumpulan Literature Review: Kekerasan Dalam Hubungan
20 Literature Review: Kekerasan dalam Hubungan
Kekerasan dalam hubungan
merupakan fenomena yang seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat,
terutama korban. Kekerasan dalam hubungan memiliki beberapa bentuk seperti,
kekerasan fisik, emosional, dan ekonomi. Masih banyak orang yang mengganggap
bahwa kekerasan dalam hubungan adalah masalah pribadi, yang padahal masalah
tersebut sudah bisa dikatakan sebagai isu sosial. Dalam topik kali ini, penulis
akan merangkum beberapa hal penting tentang kekerasan dalam hubungan dari 20
jurnal.
1.
Kekerasan dalam Hubungan Pacaran di
Kalangan Mahasiswa: Studi Refleksi Pengalaman Perempuan, ditulis oleh Intan
Permatasari.
Kencan
atau yang umum disebut dengan pacaran adalah relasi antara laki-laki dan
perempuan yang saling memiliki keterikatan dalam emosional, karena adanya
perasaan istimewa. Perasaan tersebut dapat diartikan sebagai perasaan cinta,
kasih sayang, dan rasa ingin memiliki satu sama lain. Banyaknya pendapat yang
muncul bahwa tidak akan memicu tindak kekerasan, karena diliputi oleh nuansa
romantisme dan kasih sayang. Namun, faktanya merujuk pada Catatan Tahunan
Komisi Nasional Perempuan tahun 2016, tertulis bahwa terjadinya peningkatan
kasus kekerasan saat masa pacaran dalam beberapa tahun terakhir, yang meningkat
dari 21% di tahun 2015, menjadi 24% di tahun 2016.
Dari
jurnal tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin lamanya relasi antara
laki-laki dan perempuan dapat membentuk pola relasi kekuasaan dan ketergantungan.
Semakin besar perempuan mengandalkan pasangannya, semakin besar pula peluang
perempuan tersebut dikendalikan dan mendapat kekerasan dalam hubungan.
2.
Analisis Faktor Penyebab Kekerasan
dalam Hubungan Pacaran pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, ditulis
oleh Devi Sri Wahyuni, Siti Komariah, Rika Sartika.
Penelitian
ini membahas tentang faktor-faktor penyebab tindakan kekerasan yang terjadi
pada mahasiswa. Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil bahwa kekerasan dalam
pacaran yang terjadi diantaranya disebabkan oleh faktor eksternal, yang terdiri
dari pengaruh lingkungan sosial, pengaruh tempat terjadinya kekerasan, dan
budaya patriarki. Serta faktor internal yang terdiri dari kepribadian, pasangan
merasa ketergantungan, dan dorongan seksual.
Berdasarkan
hasil penelitian, fenomena kekerasan dalam pacaran yang terjadi pada mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia diantaranya disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu faktor eksternal yang terdiri dari pengaruh lingkungan sosial, pengaruh
tempat terjadinya kekerasan, dan pengaruh dari budaya patriarki. Kekerasan
dalam hubungan pacaran juga dapat disebabkan oleh faktor internal yang terdiri
dari kepribadian, korban merasa ketergantungan terhadap pasangannya, dan
dorongan seksual khususnya pada tindakan kekerasan seksual.
3.
Faktor-Faktor Terjadi Tindakan
Kekerasan dalam Hubungan Remaja, ditulis oleh Adinda Bidari Hawa, Hariyani
Sulistyoningsih, Wuri Ratna Hidayani.
Kekerasan
dalam hubungan remaja merupakan kekerasan yang dilakukan oleh seseorang
terhadap lawan jenisnya dalam masa hubungan yang berakibatkan penderitaan bagi
korban baik fisik maupun non-fisik.
Berdasarkan penelitian, bahwa teman sebaya, media sosial, dan peran
keluarga memiliki pengaruh atau hubungan terhadap kejadian kekerasan dalam
hubungan remaja.
4.
Resilensi Perempuan Korban Kekerasan dalam Hubungan Pacaran,
ditulis oleh Vivin Faizatul Marita, Diana Rahmasari.
Kekerasan dalam hubungan
dapat menimbulkan dampak negatif bagi para perempuan yang menjadi korbannya.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses dan sumber resilensi korban
kekerasan dalam hubungan pacaran.
Kekerasan dalam pacaran
merupakan Tindakan untuk menyakiti, memaksa, menekan, dan bahkan melecehkan
pasangan pada saat berstatus pacaran. Dampak negative yang dialami oleh korban
dapat diminimalisir dengan cara melakukan resilensi. Resilensi sendiri
merupakan suatu proses yang dimiliki dan dilakukan oleh seseorang guna
menangani diri sendiri ketika mengalami suatu kesulitan secara positif sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
5.
Dating Violance Pada Perempuan, ditulis oleh Asnia Mayasari,
S.Sos., Dr. Kasmanto Rinaldi, SH., M.Si.
Penelitian ini bertujuan
untuk memberikan gambaran-gambaran penyebab dan bentuk-bentuk kekerasan yang
dialami perempuan dalam hubungan dengan pasangannya. Dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa penyebabnya adalah budaya patriarki yang berkembang di
masyarakat. Pemukulan, ancaman, pengekangan adalah cara yang digunakan oleh
laki-laki untuk mengatur dan menguasai pasangannya.
6.
Peran Forgiveness dan Dukungan Sosial terhadap Kesejahteraan
Psikologis pada Perempuan Penyintas Kekerasan dalam Hubungan Pacaran.
Kekerasan dalam hubungan
banyak dialami oleh perempuan dan berdampak buruk pada sisi psikologisnya.
Tujuan penelitian ini untuk menguji peran forgiveness dan dukungan sosial
terhadap korban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa forgiveness dan dukungan
sosial berpengaruh signifikan terhadap korban. Semakin tinggi forgiveness dan
dukungan sosial yang dimiliki korban, maka akan semakin tinggi pula
kesejahteraan psikologisnya.
7.
Bentuk Kekerasan pada Perempuan dalam Berpacaran di Film
“Posesif”, ditulis oleh Hendri Prasetya, Dinda Ashriah Rahman.
Film
Posesif menarik untuk diteliti karena menyoroti bentuk kekerasan dalam
pacaran yang masih banyak disepelekan dan berbeda dengan film remaja lain yang
sudah beredar di pasar. Penelitian ini ingin mengungkapkan bentuk kekerasan
pada perempuan dalam berpacaran di Film Posesif. Hasil penelitian pada
Film Posesif menunjukkan bahwa adanya bentuk kekerasan pada perempuan dalam
berpacaran serta adanya bias gender yang selalu mencirikan perempuan sebagai
pihak yang lemah dan bergantung pada laki-laki hingga saat ini.
8.
Peran LSM Nurani Perempuan dalam
Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan (Studi kasus: Perempuan Korban
Kekerasan dalam Hubungan Pacaran), ditulis oleh Wahyuni Elvira, Eka Vidya
Putra.
Hubungan
pacaran yang seharusnya menjadi jalan untuk mencari ketertarikan antara satu
sama lain, namun ternyata menjadi celah untuk terjadinya tindak kekerasan.
Pengumpulan data dilakukan secara observasi partisipasi untuk memperoleh data
yang lebih akurat. Wawancara mendalam peneliti mengajukan beberapa pertanyaan
terkait peran yang dilakukan oleh para penggiat Nurani Perempuan dalam
penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan, studi dokumentasi dilakukan
peneliti meliputi foto dan rekaman suara para penggiat Nurani Perempuan dan
Perempuan korban KDP (Kekerasan Dalam Pacaran). Nurani Perempuan akan langsung
memberikan penanganan berupa pendampingan terhadap korban yang melakukan
pengaduan, sedangkan pencegahan dan advokasi kebijakan itu dilakukan oleh NP
(Nurani Perempuan) pada waktu tertentu saja seperti, pada tanggal 8 Maret di
hari Perempuan Internasional dan kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan.
9.
Dinamika Psikologis Remaja Perempuan Korban Kekerasan dalam
Pacaran Yanng Memilih Mempertahankan Hubungan Pacarannya, ditulis oleh Firsta
Herni Kartika Prameswari, Nurchayati.
Kekerasan dalam pacaran
merugikan perempuan secara fisik dan psikis. Penelitian ini menganalisis
dinamika psikologis pada remaja perempuan yang mempertahankan hubungan toksik
dan sarat kekerasan, bahkan menikahi sang pacar yang telah menyakiti korban.
Hasil yang ditemukan bahwa korban mempertahankan hubungan toksik dan penuh
kekerasan karena korban terlanjur mencintai pasangan, korban sudah berhubungan
seks pranikah dengan pasangan, korban ingin pasangan menikahi mereka, korban
berharap perilaku pasangan berubah menjadi lebih baik, korban berstatus ekonomi
lebih rendah dari pasangan, dan korban cenderung memiliki harga diri self-esteem
yang rendah.
10.
Perilaku Kekerasan dalam Hubungan: Analisa Terhadap Patos
dalam Pasangan, ditulis oleh Ella Rahma Alifiani, Khodijah.
Tujuan dar ipenelitian
ini adalah untuk mengidentifikasi perilaku kekerasan dalam hubungan. Beberapa alasan
dari korban yang bertahan dalam hubungan pacarana yang penuh kekerasan yang ditemukan
dalam berbagai penelitian antara lain perasaan cinta terhadap pacar, ingin
merubah pasangan agar menjadi lebih baik, dan tidak ingin memulai hubungan baru
dengan pria lain.karena keinginan untuk melanjutkan pernikahan dengan pacarnya yang
sekarang. Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya mencegah kekerasan
dalam hubungan pacaran sebelum pernikahan dimulai.
11.
Konstruksi Perilaku Kekerasan dalam Hubungan Asmara pada Film
“Posesif”, ditulis oleh Yoshepine Isabela
Penelitian ini bertujuan untuk melihat konstruksi
perilaku kekerasan dalam hubungan asmara pada film Posesif. Analisis dilakukan
untuk melihat konstruksi perilaku kekerasan dalam hubungan asmara, unsur
naratif dan sinematik dalam film, dan teori Konstruksi Realitas Sosial. Hasil
analisis peneliti akan menunjukan bagaimana film Posesif mengkonstruksi
perilaku kekerasan dalam hubungan asmara dan ditemukan dalam pola Creating
Chaos, Emotional Blackmail, Gaslighting, Stalking, Domination, Physical
Violence, dan Unpredictable Response.
12.
Efektivitas Program KOnseling Untuk Menagatasi Kekerasan
dalam Hubungan Romantis Remaja, ditulis oleh Adelia Maharani.
Kekerasan dalam pacaran,
terutama kekerasan psikologis, menjadi perhatian utama karena dampaknya yang
merugikan bagi kesehatan mental korban. program konseling efektif dapat
membantu remaja memahami dinamika hubungan, mengidentifikasi tanda-tanda
kekerasan, dan mengembangkan keterampilan interpersonal yang sehat, sehingga
diharapkan masa remaja dapat dijalani dengan lebih aman dan sehat bagi semua
individu. tersebut serta memberikan panduan bagi upaya pencegahan. Dengan menyoroti perubahan
definisi kekerasan dari
aspek fisik ke
dimensi emosional dan verbal, entingnya
pendekatan menyeluruh yang
melibatkan edukasi, penguatan kapasitas, dan
program konseling dalam upaya mencegah kekerasan dalam pacaran di
Indonesia.
13.
Perilak Intimate Partner Violence pada Pelaku Kekerasan dalam
Hubungan: Dilihat dari Adult Attachment Style dan Dark Triad Personality,
ditulis oleh Tan Debby Natalia Roesanti, Roswiyani, Naomi Soetikno.
Adult attachment style
adalah persepsi dan pengalaman yang dimiliki individu saat menjalin hubungan
romantis dengan pasangan. Dark Triad Personality adalah bentuk kepribadian yang
terdiri dari machiavelli, narsistik, dan psikopati. Tujuan penelitian ini untuk
melihat hubungan antara adult attachment style dan dark triad personality pada
pelaku kekerasan dalam hubungan. Hasil penelitian ini merinci bahwa untuk
mengatasi kekerasan dalam hubungan, perlu dikembangkan pendekatan intervensi
yang mempertimbangkan aspek psikologis individu, khususnya Adult Attachment
Style dan Dark Triad Personality.
14.
Pengaruh Kontrol Diri terhadap Pelaku Kekerasan dalam
Hubungan Pacaran, ditulis oleh Ivan Mahadika Wibowo, Achmad Chusairi.
Penelitian dilakukan
untuk melihat bagaimana pengaruh dari kontrol diri terhadap kekerasan dalam
hubungan pacaran pada pelaku kekerasan. Kontrol diri merupakan kemampuan untuk
mengatur emosi, impuls, dan perilaku agar sesuai dengan nilai dan tujuan yang diinginkan.
Oleh karena itu, hal tersebut memiliki kaitan dengan pelaku tindakan kekerasan
dalam hubungan pacaran.
15.
Tinjauan Yuridisi Mengenai Perlindungan Hukum terhadap Korban
Kekerasan dalam Hubungan Pacaran(Violence Dating), ditulis oleh Sajida, Maesa
Rana.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada
korban kekerasan menurut hukum pidana, serta faktor-faktor apa yang
mempengaruhi terjadinya kekerasan tersebut. Betapa seriusnya masalah kekerasan
dalam hubungan pacaran, sehingga korban dapat memperoleh perlindungan hukum
yang tepat dalam penyelesaian tindak pidana tersebut. Hasil penelitian ini
menunjukkan perlindungan hukum yang dapat melindungi korban dan menghukum
pelaku kekerasan dalam hubungan pacaran dalam konteks tindak pidana.
16. Makna
Kekerasan dalam Hubungan Pacaran(Sebuah Studi: Fenomenologi), ditulis oleh
RACHMADIANI, Syawallika.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
bagaimana pemaknaan seperti apa yang mereka ciptakan mengenai kekerasan
sehingga tindakan kekerasan dalam hubungan berpacaran terjadi. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa kurangnya dalam memahami kalau komunikasi yang baik dalam
hubungan itu sangat penting, ketika komunikasi tidak berjalan dengan baik maka
sangat mudah permasalahan muncul di dalam hubungan pacaran sehingga timbul
kekerasan terhadap pasangan yang dimana memiliki makna yang berbeda, ada yang
memaknai seperti sesuatu yang mendidik dan ada yang menganggap sebagai sesuatu
yang lumrah.
17. Konflik
dan Kekerasan dalam Hubungan Perkawinan dan Kehidupan Keluarga, ditulis oleh
Suharsono.
Peneliti
bertujuan untuk mendeskripsikan
fenomena konflik dan kekerasan dalam hubungan perkawinan dan kehidupan
keluarga. Jenis dan bentuk kekerasan yang menyertai konflik adalah kekerasan
fisik, seperti; memukul, menampar, dan menendang. Jenis dan bentuk kekerasan
psikologis sampai verbal, seperti pelecehan, penghinaan, pengancaman atau
teror, dan pengabaian.
18. Gambaran
Kondisi Gangguan Stress Pasca Trauma pada Perempuan Korban Kekerasan dalam
Hubungan Romantik, ditulis oleh Anak Agung Ketut Sri Wiraswati, I Putu Galang
Dharma Putra.
Kekerasan
terhadap perempuan rentan menyebabkan gangguan stress pasca trauma atau PTSD.
PTSD meliputi munculnya pikiran-pikiran mengganggu yang tidak diinginkan,
menghindari aktivitas yang berhubungan dengan pengalaman traumatis, dan
menunjukkan reaktivitas emosional dan fisiologis yang berlebihan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa mendapati beberapa korban dengan PTSD subklinis
hingga PTSD tinggi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
19. Penanganan
Kasus Kekerasan terhadap Perempuan dalam Hubungan Pacaran(Studi Polresta Banda
Aceh), ditulis oleh Risha Samsuarni.
Banyak
terjadinya kasus kekerasan terhadap perempuan dalam hubungan pacaran tetapi
sebagian orang tidak berani melaporkan kepada pihak kepolisian. Namun, ada juga
yang melaporkannya tetapi penanganannya sering tidak terselesaikan. penelitian
ini membahas faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kekerasan
terhadap perempuan dalam hubungan pacaran dan bagaimana Polresta Banda Aceh
menangani kasus korban kekerasan terhadap perempuan dalam hubungan pacaran.
Dari hasil proses mediasi pihak kepolisian akan membuat surat kesepakatan
bersama yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak, saksi dan pihak kepolisian
untuk membuktikan bahwa para pihak telah benar-benar saling memaafkan dan
proses penyelesaian perkara tersebut dianggap selesai. Melalui proses mediasi
ini pelaku harus siap untuk membayar ganti rugi.
20. Kekerasan
dalam Pacaran(Analisis Kekerasan dalam Pacaran pada Hubungan Toxic di Film
“Story of Kale: When Someone in Love”), ditulis oleh Novaldi Nurrizal Aziz, Dr.
Abdul Firman Ashaf.
Story
of Kale: When Someone in Love adalah film tentang hubungan yang toxic. Adanya kekerasan
fisik dan psikologis adalah tanda dari hubungan yang toxic. Dalam penelitian
ini penulis melihat apa saja dan seberapa sering adegan toxic ditampilkan dalam
film, apa saja dampak dari toxic relationship yang ditampilkan dalam film, dan
siapa yang melakukan adegan kekerasan berdasarkan gender. Dari total 143 shot 51%
atau sebanyak 75 shot menampilkan adegan kekerasan fisik maupun psikologis yang
didominasi oleh karakter pria dengan total 90,7% sedangkan karakter wanita
33,3%. Kekerasan psikologis yang paling banyak adalah membentak sebanyak 81,3%
dan kekerasan fisik adalah mencengkram sebanyak 32%.
Dapat saya simpulkan dari 20 jurnal yang saya baca, bahwa peran lingkungan, komunikasi, penolakan adalah hal sangat berperan penting dalam Kesehatan hubungan. Diharapkan pembaca dapat memetik pelajaran dari kutipan jurnal-jurnal tersebut.
Comments
Post a Comment